Jangan Sampai Kasus Kecelakaan Vanessa Angel Terulang
Weekend sudah tiba, waktunya beristirahat sejenak.
Sayangnya, pekan ini kita berduka atas kematian aktris Hanna Kirana, Vanessa Angel dan suaminya Febri Andriansyah serta para korban banjir bandang yang melanda Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Semoga Almarhum diterima sang pencipta dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran.
Di What's Up TODAY? hari ini, kita akan membahas beberapa hal yang bisa dilakukan agar peristiwa tragis yang dialami keluarga Vanessa Angel tidak terulang kembali. Ada apa saja? Mari kita bahas.
Alami Kecelakaan, Vanessa Angel dan Febri Andriansyah Meninggal Dunia
"Ada yang bisa tebak, aku mau ke mana?"
Itulah status terakhir dari Vanessa Angel sebelum meninggal dunia dalam kecelakaan fatal. Kecelakaan ini terjadi di Tol Nganjuk Arah Surabaya KM 672+400A, Jawa Timur pada Kamis (4/11/2021) pukul 12.34 WIB.
Vanessa dan suaminya, Febri Andriansyah meninggal dunia dalam kecelakaan nahas tersebut. Sementara itu, anaknya yang berusia 1 tahun, sopir dan pengasuh selamat dari kejadian.
Rest in peace untuk Vanessa dan Bibi… Kronologi kecelakaannya sendiri seperti apa sih?
Kecelakaan ini terjadi saat Vanessa dan Bibi bersama sang putra, Gala Sky Ardiansyah, seorang pengasuh bernama Siska Lorensa serta sopir bernama Tubagus Joddy berangkat dari Jakarta menuju Surabaya.
Ketika tiba di tol Jombang, Jawa Timur, kilometer 673, mobil tiba-tiba menabrak beton pembatas kiri ruas tol. Pajero putih pun lantas terpelanting sejauh 30 meter dan berputar sebelum akhirnya berhenti di jalur cepat. Dari foto yang beredar, tampak mobil bagian depan dan kiri hancur.
Dalam kecelakaan tersebut, jenazah Vanessa Angel ditemukan sekitar 3 meter dari mobil Mitsubishi Pajero yang ditumpanginya sementara jenazah Febri, diketahui masih di dalam tempat duduknya, di samping kiri sopir.
"Suami berada di dalam karena mengenakan safety belt, yang Vanessa Angel tidak mengenakan safety belt dan duduk di sebelah kiri," ungkap Direktur Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim, Kombes Pol Latif Usman.
Haduh… Sudah diketahuikah penyebab kecelakaannya?
Latif Usman mengatakan, Tubagus Joddy mengaku dirinya mengantuk saat mengemudikan mobil Vanessa Angel.
Selain itu, mobil tersebut diperkirakan melaju dalam kecepatan lebih dari 100km/jam sebelum kecelakaan terjadi.
"Kalau dilihat dari kondisi kendaraan, benturan dengan beton hingga terpelanting ke kanan, (kecepatan mobil) diatas 100 km/jam," kata Latif Usman.
Dugaan ini diperkuat dengan unggahan Tubagus Joddy di media sosial pribadinya yang memperlihatkan dirinya tengah membawa mobil yang ditumpangi Vanessa Angel beserta keluarga di KM 555 mengarah ke Surabaya dengan kecepatan tinggi hingga di atas 100 km/jam. Walau sudah dihapus, seorang warganet menyimpan video ini.
Seorang saksi yang melihat kronologi kecelakaan tersebut juga mengonfirmasi bahwa mobil tersebut dibawa dengan kecepatan tinggi.
"Dia nyalip aku, ngebut banget. Terus juga nyalip mobil depan aku. Nggak lama, mobil Vanessa nabrak pagar jembatan sebelah kiri sampai balik arah saking kerasnya dan kepental gitu," sambung pengguna Twitter dengan akun @YazeerBeauty.
Polisi menyebut bahwa apabila kecelakaan yang menewaskan dua orang itu benar karena kelelahan, Tubagus Joddy terancam menjadi tersangka.
Lagi-lagi diingatkan bahayanya menyetir saat lelah…
Betul. Salah satu bahaya yang mengintai namun tak banyak disadari pengemudi selama menempuh perjalanan jauh adalah microsleep yakni saat dalam kondisi lelah, banyak pengemudi yang memaksakan diri terus berkendara untuk mengejar waktu mencapai tempat tujuan.
Dalam kondisi tanpa sadar, microsleep sering menyerang pengemudi secara tiba-tiba. Lelahnya fisik tubuh, dan dipaksakan mengemudi, terkadang membuat pengemudi memejamkan mata dalam beberapa detik.
Bahkan ada juga pengemudi yang tertidur saat mengemudi. Akibatnya mereka bisa pindah jalur tanpa disadari.
Oleh karena itu, penting bagi pengemudi melakukan manajemen waktu yang sangat baik, seperti waktu maksimal berkendara dan kapan beristirahat dalam perjalanan.
"Kuncinya kondisi fit bagi pengemudi, itu tidur cukup. Tanpa itu, melakukan aktivitas sifatnya sementara. Tidur harus 6 sampai 7 jam," jelas Sony Susmana dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Jumat (5/11/2021).
Pengemudi juga harus tetap fokus dalam perjalanan, karena biasanya setelah mengemudi satu jam, itu kondisi pasti sudah drop.
"Lakukan hal yang bisa bikin tetap fokus, misalkan banyak minum air putih untuk memperlancar sirkulasi daerah. Asupan makan bergizi, misalkan buah seperti pisang dan apel. Itu penting. Begitu juga saat di jalan, setiap satu jam, buka kaca agar sirkulasi udara berganti, itu bisa membantu tetap fokus," kata Sony.
Memangnya berapa sih durasi mengemudi yang ideal?
Menurut Sony, mengemudi ideal itu maksimal tiga jam, dan tidak boleh lebih. Setelah itu, segera istirahat. Tidak perlu lama-lama, 30 menit sudah sangat cukup untuk pengemudi istirahat. Jika lebih dari itu, harus tidur.
"Gunakan lima menit pertama istirahat untuk olahraga ringan, menghirup udara, kemudian refresh fisik pengemudi. Kalau mau tidur, 45 sampai 1 jam cukup. Tapi, idealnya harus tidur berkualitas, dengan badan rata. Sebaiknya cari musholah atau masjid. Tidur di mobil bisa, tapi tidak optimal. Tapi, berarti kan manajemen waktunya jelek, kecuali dalam situasi macet seperti lebaran," pungkasnya.
Sudah menyetir saat ngantuk, ngebut pula…
Parahnya lagi, ternyata jalan tol itu dinilai tidak aman untuk kecepatan tinggi, lho! Itulah sebabnya tanggung jawab berkendara oleh pengemudi sangatlah penting.
Menurut Pemerhati Konstruksi Jalan Raya dan Kereta Api, Gatot Rusbintardjo, ada dua alasan jalan tol di Indonesia tidak aman untuk kecepatan tinggi. Pertama, terjadinya perkerasan jalan dibuat dari perkerasan kaku yakni beton semua.
"Perkerasan dengan beton semen tidak mempunyai skid resistance atau kecil skid resistance-nya," aku Gatot.
Skid resistance adalah daya cengkeram ban dengan permukaan perkerasan jalan. Karena skid resistennya kecil atau bahkan nol, maka apabila mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, mobil tidak segera berhenti karena tidak ada daya cengkeram yang memadai antara ban dan permukaan perkerasan jalan.
Kedua, di tengah jalan tol diberi pembatas dinding beton yang tebal dan kokoh.
"Akibatnya jika ada mobil yang selip atau kemudinya berbelok, maka akan menabrak tembok beton dan karena kecepatannya tinggi, maka akibatnya fatal seperti yg dialami mobil Vanesa Angel," papar Gatot.
Dan ternyata, seatbelt juga punya peranan yang sangat penting saat berkendara ya
Iya. Berkaca dari kasus ini, seatbelt tak hanya penting digunakan oleh pengemudi dan penumpang di bangku depan tetapi oleh semua pengendara mobil.
Walau tidak menjamin 100% tapi penggunaan seatbelt bisa mengurangi fatalitas saat terjadi kecelakaan. Mengingat, saat terjadi kecelakaan, pengendara sangat berpotensi untuk mengalami dorongan gravitasi atau G-force yang sangat kuat sehingga membuat pengendara bisa terpelanting ke segala arah.
"Tanpa seat belt, pengendara bisa menjadi seperti sebuah biji karambol yang akan terpental kemana-mana apalagi jika mobil terguling. Bahkan, pengendara juga bisa terpental ke luar dari mobil," ujar Sony.
Kalau untuk anak kecil seperti Gala gimana?
Anak Vanessa dan Bibi, Gala diduga selamat karena dipeluk erat oleh Vanessa saat kecelakaan terjadi. Pelukan terakhir Vanessa untuk Gala ini juga disebut-sebut sebagai usaha almarhumah Vanessa untuk menyelamatkan putranya.
Berkaca dari kejadian ini, bagi orangtua yang punya bayi atau anak kecil, disarankan untuk punya car seat yakni kursi khusus untuk bayi dan anak yang bisa melindungi mereka ketika berpergian menggunakan mobil.
Walau penting, sayangnya pemakaian car seat di Indonesia memang belum menjadi hal yang wajib seperti di luar negeri. Hal ini dikarenakan sebagian orang tua masih berpikir bahwa bayi cukup aman dalam pangkuan dan dekapan.
Padahal, saat terjadi kecelakaan yang mengakibatkan hentakan keras, tubuh bayi yang dipangku bisa terjeput atau bahkan terpental. Maka itu sangat disarankan bagi orang tua untuk menggunakan car seat pada kendaraan roda empat.
Well noted! Ada lagi yang perlu diketahui?
Buat penggemar drakor ataupun film barat, pasti tahu kalau penggunaan black box di mobil sudah jadi hal yang umum di luar negeri. Kasus kecelakaan Tiger Woods di awal tahun ini juga terungkap berkat adanya black box di dalam mobil tersebut.
Sayangnya, mobil-mobil di Indonesia masih jarang ditanami perangkat black box sehingga pengambilan tindakan hukum kerap terkendala lantaran kurangnya bukti-bukti yang didapat karena tidak ada data yang terekam.
Black box atau yang sebenarnya bernama Event Data Recorder (EDR) ini mulai wajib dipasang oleh seluruh mobil baru di Amerika per 2006. Saat ini EDR bekerja merekam mulai dari kecepatan kendaraan, posisi pedal gas, bekerja atau tidaknya airbags, penggunaan rem, memonitor penggunaan sabuk pengaman, sudut palang kemudi saat dikendarai hingga variabel lainnya.
Perbedaan peraturan membuat kendaraan di Indonesia tidak dilengkapi dengan EDR. Hanya saja ketiadaan EDR masih bisa diatasi dengan penggunaan perangkat Electronic Control Unit (ECU) yang ada di mesin mobil. ECU memiliki kemampuan merekam data seperti kecepatan, putaran mesin, pengereman, dan lainnya. Hanya saja data ini dikatakan tercatat real time dan tidak punya riwayat rekaman dalam periode tertentu.
Sekelompok mahasiswa elektro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yakni Mutia Marwa, Gregorius Henry dan Hans Christian juga pernah membuatblack box untuk mobil di tahun 2018 lalu. Alat yang dinamakan 'Car Blackbox' itu berfungsi untuk melaporkan jejak rekam terkait kendaraan sebelum terjadinya kecelakaan. Namun, hingga kini penggunaan Car Blackbox di mobil-mobil produksi buatan Indonesia sama sekali tidak ditemukan.
Semoga semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya hal-hal di atas sebelum berkendara demi keamanan bersama.